Domain dan Hosting Gratis

Kementerian Komunikasi dan Informatika (KOMINFO) RI menyediakan satu juta domain dan hosting GRATIS untuk UKM, Sekolah, Pesantren, dan Komunitas se-Indonesia.

Program Satu Juta Nama Domain

Program Satu Juta Nama Domain merupakan salah satu program unggulan Kementerian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia untuk meningkatkan konten-konten positif dan produktif di Internet.
Menggunakan server di dalam negeri dan domain .id sebagai domain Indonesia yang terpercaya, program ini akan mendorong optimalisasi akses internet dalam negeri dan mempercepat akses konten lokal. Dalam jangka panjang, program ini akan membuat akses internet menjadi lebih murah karena semakin dominannya akses internet dalam negeri yang tidak membutuhkan bandwidth internasional yang mahal.
Karena menggunakan domain .id yang penggunanya terdaftar dengan identitas yang jelas, program ini akan menekan tingkat anonimitas di Internet. Seiring dengan tumbuhnya konten-konten positif dari Indonesia, industri e-commerce dan digital kreatif akan tumbuh dengan semakin pesat di Indonesia.

Info lebih lengkap dapat Anda lihat di www.1juta.id 



S.id Website persingkat Url asal Indonesia

Pernahkah kamu merasa kalau url yang ada dibrowser terlalu panjang untuk dikirim ke teman jika ada info mendadak? masih bagus jika begitu di klik langsung muncul ke browser, bagaimana jika kita harus mengketik satu - satu alamat Url yang begitu panjang. pasti masih membaca kita sudah malas membukanya. banyak memang website persingkat Url ( Shotener ) yang ada di internet. tapi sedikit yang berasal dari indonesia. website tersebut bernama S.id dengan alamat http://s.id/ . S.id sendiri diluncurkan dan dikelolah oleh PANDI ( Pengelola Domain Indonesia ). berikut adalah keunggulan Website persingkat Url buatan Indonesia ini.



Buat Resume Online

Bagi kamu yang ingin membuat resume buat apply ke website pencari kerja, tanpa perlu repot - repot buat di Microsoft word. kamu tinggal sign out dan isi data diri aja sob. pastikan resume kamu diisi data dengan benar ya. berikut adalah website yang mudah digunakan buat membuat resume, baik itu resume bahasa indonesia dan inggris.

1. Gethired ( Resume Bahasa Indonesia )
2. Kick Resume ( Resume Bahasa Inggris )

Website Pencari Kerja


Bagi Kamu yang sudah siap kuliah di universitas, melewati tahap skripsi yang sangat melelahkan hati dan jiwa dan menggundahkan pikiran dan dibikin repot sama doping, pasti rasanya senang, karena sudah melewati zaman - zaman kelabu hahaha. pasti kalian punya rencana dong ya supaya siap itu mau kemana hidup kamu kelak. mau jadi pengusaha sukses atau menjadi karyawan teladan atau langsung membangun rumah tangga. itu pilihan sob!

kalau kalian yang ingin mencari kerja, pasti mencari lamaran kerja di koran, lembaga tenaga kerja kampus, atau dinas tenaga kerja. ada yang lebih mudahnya kamu bisa apply via website tenaga kerja. kamu hanya sign up, isi data - data yang dibutuhkan dan upload resume kamu. dan tinggal kamu pilih lamaran kerja yang sesuai kebutuhan kamu. 
berikut adalah beberapa website pencari kerja.

1. Jobstreet Indonesia ( Tersedia Versi Apps di Google Play dan Apple Store )
2. JobsDB Indonesia ( Tersedia Versi Apps di Google Play dan Apple Store )
3. Qerja
4. Loker
6. Karir
10. JobSCDC

Jika kamu tertarik untuk bekerja di malaysia sebagai pekerja profesional, kamu bisa daftar dan apply di sini 


Dan buat teman - teman yang berdomisili dimedan bisa dilihat disini, kebetulan saya orang medan, salam kenal buat penggunjung sesama medan kota melayu.
kamu bisa lihat disini tanpa daftar.


dan semoga sukses job seeker !







Ketika Semua Berawal dari garasi

 " Ketika semua berawal dari garasi " mungkin itu adalah suatu kata yang cocok untuk mengungkapkan kata-kata untuk pendiri Google ( Larry Page dan Sergey Brin ). mereka mendirikan Google berawal dari garasi  milik Susan Wojcicki. Susan menyewakan garasinya tersebut untuk digunakan dengan biaya sewa sebesar USD 1,700 selama 5 bulan.
Dari garasi tersebut bermula, sekarang Google menjadi salah satu perusahaan terpandang di dunia yang telah memproduksi banyak produk selain pada bisnis layanan internetnya.
bahkan server mereka pertama kali pun sangat sederhana sekali yaitu dibuat dari sekumpulan Lego.
garasi  milik Susan Wojcicki
 
Larry Page bersama Sergey Brin di garasi milik Susan
server google pertama kali
server google saat ini

Mereka mendirikan Google di Garasi Temannya pada 7 September 1998 yang terletak di Menlo Park, California, USA.
dari garasi sederhana sebelum mereka membuat kantor mewah yang bernama GooglePlex yang terletak di 1600 Amphitheatre Parkway di Mountain View, California, USA.
Mungkin disini kita tidak menceritakan bagaimana sejarahnya karena sudah banyak di internet bukan?
tapi bagaimana dari sebuah garasi saja bisa menjadi perusahaan yang sangat sangat sangat berpengaruh di dunia.
coba anda bayangkan seandainya saja mereka tidak menciptakan Google. mungkin kita tidak tahu apa itu Android, google maps.
berikut adalah foto-foto googleplex yang di ambil dari google sendiri.
kantor Google sekarang ( GooglePlex )
alat transportasi di GooglePlex
ruang istirahat di Googplex

masih banyak lagi jepretan-jepretan di GooglePlex, mungkin sampai tidak muat jika saya letak semua di Blog ini.
mungkin pendiri Google haruslah kita contoh bagaimana mendirikan perusahaan yang berawal dari garasi hingga seperti sekarang. tidak ada yang tidak mungkin jika kita ingin seperti mereka. sekarang bangunlah dari tempat tidur carilah apa yang diinginkan orang disekitarmu dan ciptakanlah itu.
Salam Penulis Blog !




Pendiri Whatsapp, dari tukang sapu hingga menjadi milliarder

Hidup siapa yang tahu, kadang dengan pendidikan tinggi sekalipun banyak yand tidak mendapat pekerjaan, karena sukses bukan dilihat dari seberapa tinggi pendidikannya tapi seberapa besar usaha dan prinsipnya untuk sukses.
berikut adalah cerita inspirasi buat semua dari pendiri apps WhatsApp Jon Koum.
WhatsApp adalah aplikasi message untuk smartphone yang dimana kita dapat mengirim pesan,video dan berbagi lokasi pada teman kontak kita di Whatsapp.
yap, saya akan membagi artikel dari Kompas mengenai bagaimana Jan Koum menjadi seperti sekarang ini.

Pada 1992, Jan Koum yang berusia 16 tahun tiba di Mountain View, Amerika Serikat. Didampingi oleh ibunya, Koum adalah imigran yang memutuskan hijrah dari Kiev, Ukraina, dengan mimpi meraih kehidupan yang lebih baik.

Di AS, mereka mengalami masa-masa sulit. Keluarga Koum tinggal di apartemen kecil dengan dua kamar tidur hasil bantuan pemerintah. Mereka terpaksa bergantung pada jaminan sosial dan mengantre kupon makanan karena tak punya uang.

Koum pun bekerja sebagai tukang sapu di sebuah toko untuk memenuhi kebutuhan hidup, sementara ibunya mengambil profesi baru sebagai baby sitter.

Ayah Koum tak ikut bermigrasi. Pria yang bekerja di sektor konstruksi ini memilih tinggal di Ukraina. Begitu terpisah, Koum mengaku tak bisa sering-sering menghubungi sang ayah karena mahalnya biaya telepon. "Jika saja ketika itu saya sudah bisa berkirim pesan instan ke ayah…" ujar Koum berandai-andai dalam wawancara dengan Wired.

Bersekolah

Saat masih tinggal di Ukraina, keluarga Koum hidup di sebuah desa di luar ibu kota Kiev. Dia pergi menuntut ilmu di sebuah sekolah yang keadaannya begitu memprihatinkan sampai-sampai tak punya kamar kecil.

"Bayangkan suhu di luar minus 20 derajat celsius, anak-anak harus berlari menyeberangi lapangan untuk ke kamar kecil… Saya baru punya komputer saat umur 19 tahun, tetapi pernah memiliki sempoa," kenang Koum. Sesampainya di rumah, Koum kecil terpaksa bergelap-gelap karena tak ada sambungan listrik ataupun air panas.

Begitu pindah ke Amerika dan mulai bersekolah di sana, keluarga Koum adalah satu-satunya di kelas yang tidak memiliki mobil. Jadilah Koum terpaksa bangun lebih pagi untuk mengejar bus. Sang ibu menjejali koper yang dibawa dari negeri asal dengan pulpen dan buku tulis cetakan Uni Soviet untuk menghemat biaya peralatan sekolah.

Datang dari negeri seberang, Koum ketika itu tak pandai berbahasa Inggris. Koum beberapa kali terlibat masalah karena "membalas anak lain yang mengganggu". Untung, dia terbantu dengan postur badan yang tinggi menjulang mencapai 188 cm. "Hidup di Ukraina tak mudah dan membuat saya tangguh secara fisik dan mental," katanya lagi.

Koum kemudian masuk kuliah, mempelajari ilmu komputer dan matematika, tetapi tidak sampai selesai. "Prestasi saya buruk, ditambah lagi dengan rasa bosan."
Duo pendiri WhatsApp Jan Koum (kiri) dan Brian Acton
Maka, dia pun memutuskan drop out, lalu mulai bekerja sebagai pembungkus barang belanjaan di supermarket, setelah itu di toko elektronik, internet provider, hingga perusahaan audit. Sampai kemudian pada 1997 Koum bertemu dengan Brian Acton dari Yahoo. Enam bulan setelahnya, Koum mulai bekerja di Yahoo.

Mendirikan WhatsApp

Koum menjalin persahabatan dengan Acton, yang banyak membantu Koum ketika sempat hidup sebatang kara setelah ibunya meninggal pada tahun 2000. Sang ayah telah lebih dulu wafat pada 1997. "Dia (Acton) sering mengajak saya ke rumahnya," tutur Koum.

Menghabiskan sembilan tahun bekerja di Yahoo, termasuk Yahoo Shopping, Koum merasa tidak nyaman dengan banyaknya iklan yang harus diurus dan bertebaran di mana-mana.

"Selalu ada perdebatan untuk menempatkan lebih banyak lagi iklan dan logo di laman situs. Apa urusan pengguna dengan itu semua? Saya jadi tak nyaman. Iklan bukan satu-satunya solusi monetisasi untuk semua orang. Sebuah layanan harus benar-benar berupa layanan murni, pelanggan adalah pengguna," ujar Koum.

Acton rupanya merasakan hal serupa. Koum dan Acton kemudian memutuskan keluar dari Yahoo pada hari yang sama, yaitu 31 Oktober 2007. Koum ketika itu berusia 31 tahun dan telah mengumpulkan uang untuk memulai bisnisnya sendiri. Dia bertekad bahwa bisnisnya ini tak akan direcoki oleh iklan yang mengganggu.

Koum dan Acton pisah jalan, tetapi masih sering bertemu untuk mendiskusikan rencana bisnis. Keduanya sempat mencoba melamar di Facebook dan sama-sama ditolak.
Secarik kertas berisi motto WhatsApp yang ditulis tangan oleh Brian Acton menghiasi ruang kantor Jan Koum

Pada 2009, setelah membeli sebuah iPhone, Koum menyadari bahwa toko aplikasi App Store yang baru berumur tujuh bulan akan melahirkan industri baru yang berisi pengembang-pengembang aplikasi.
Koum mendapat ide untuk membuat aplikasi yang bisa menampilkan update status seseorang di daftar kontak ponsel, misalnya ketika hampir kehabisan baterai atau sedang sibuk.

Nama yang muncul di benak Koum adalah "WhatsApp" karena terdengar mirip dengan kalimat "what's up" yang biasa dipakai untuk menanyakan kabar.
Dia pun mewujudkan ide ini dengan dibantu oleh Alex Fishman, seorang teman asal Rusia yang dekat dengan komunitas Rusia di kota San Jose. Pada 24 Februari 2009, dia mendirikan perusahaan WhatsApp Inc di California.
 Tumbuh besar

WhatsApp versi pertama benar-benar dipakai sekadar untuk update status di ponsel. Pemakainya kebanyakan hanya teman-teman Koum dari Rusia. "Lalu, pada suatu ketika, ia berubah fungsi jadi aplikasi pesan instan. Kami mulai memakainya untuk menanyakan kabar masing-masing dan menjawabnya," ucap Fishman, sebagaimana dikutip oleh Forbes.

Koum pun tersadar bahwa dia secara tak sengaja telah menciptakan layanan pengiriman pesan. "Bisa berkirim pesan ke orang di belahan dunia lain secara instan, dengan perangkat yang selalu Anda bawa, adalah hal yang luar biasa," kata Koum.

Ketika itu, satu-satunya layanan messaging gratis lain yang tersedia adalah BlackBerry Messenger. Namun, aplikasi ini hanya bisa digunakan di ponsel BlackBerry. Google G-Talk dan Skype juga ada, tetapi WhatsApp menawarkan keunikan tersendiri di mana mekanisme login dilakukan melalui nomor ponsel pengguna.

Koum merilis WhatsApp versi 2.0 dengan komponen messaging. Jumlah pengguna aktifnya langsung melonjak jadi 250.000 orang. Dia kemudian menemui Acton yang masih menganggur. Acton bargabung dengan WhatsApp dan membantu mencarikan modal dari teman-teman eks-Yahoo.

Kendati sempat mengalami kesulitan keuangan, WhatsApp terus tumbuh dan mulai menghasilkan pendapatan dari biaya langganan yang ditarik dari pengguna.

Kini, WhatsApp telah menjelma jadi layanan pesan instan terbesar dengan jumlah pengguna aktif per bulan mencapai 450 juta. Setiap hari, sebanyak 18 miliar pesan dikirim melalui jaringannya. Semua itu ditangani dengan jumlah karyawan hanya 50 orang.

Warisan Soviet

Pengalaman hidup Koum ternyata punya pengaruh besar dalam membentuk layanan WhatsApp. Pria ini menghabiskan masa kecil di Ukraina yang masih menjadi bagian dari Uni Soviet. Di negeri tersebut, percakapan warga selalu dimata-matai oleh pemerintah. "Itulah tempat yang saya tinggalkan untuk menuju ke sini (AS), di mana ada demokrasi dan kebebasan berbicara," ujar Koum.

Sehubungan dengan kemungkinan penyadapan oleh NSA, Koum mengatakan bahwa privasi pengguna WhatsApp sangat dijaga. Berbeda dengan perusahaan-perusahaan semacam Facebook dan Yahoo, Koum mengatakan bahwa WhatsApp tak didorong oleh iklan. "Jadi, kami tak perlu mengumpulkan data pribadi pengguna," katanya.

Soal kebebasan dari iklan ini ternyata juga ada hubungannya dengan masa lalu Koum.

"Tak ada yang lebih personal dari komunikasi yang Anda lakukan dengan teman dan keluarga, dan menginterupsi itu semua dengan iklan bukanlah solusi yang tepat," ujar Koum. "Lagi pula, saya tumbuh di sebuah dunia yang tidak mengenal iklan. Tak ada iklan di Uni Soviet yang komunis," imbuhnya.
Brian Acton (kiri), Jan Koum (tengah) dan Jim Goetz dari Sequoia Capital berfoto di depan bekas kantor Dinas Sosial North County usai meneken perjanjian dengan Facebook

Sejak dulu, Koum dan Acton selalu konsisten menjaga layanan perusahaan itu agar tetap sederhana dan berfokus pada pengiriman pesan serta bebas iklan.

Sikap ini tecermin dari secarik kertas di ruang kantor Koum, berisikan semboyan singkat yang ditulis oleh Acton: "Tanpa Iklan! Tanpa Permainan! Tanpa Gimmick!". Di sampingnya tergeletak sepasang walkie-talkie yang dipakai Koum untuk mencari tahu bagaimana caranya menyederhanakan pesan instan berbasis suara.

Kini, WhatsApp telah dibeli Facebook dengan nilai 19 miliar dollar AS (sekitar Rp 223 miliar). Kekayaan Koum yang memiliki 45 persen saham WhatsApp diperkirakan melonjak jadi 6,8 miliar dollar AS.

Kendati demikian, dia tak melupakan masa lalu. Koum menandatangani perjanjian bernilai triliunan rupiah dengan Facebook itu di depan bekas kantor Dinas Sosial North County, Mountain View, tempat dia dulu mengantre kupon makanan bersama-sama warga kurang mampu lainnya.




Sumber : Kompas Tekno




Fitur - fitur tersembunyi di browser Google Chrome

Postingan sebelumnya saya sudah membahas Fitur tersembunyi pada Mozzila Firefox, sekarang saya akan membahas Fitur - fitur tersembunyi di browser Google Chrome ya.
beberapa fitur tersebut hanya bisa diakses dengan memnggunakan perintah Chrome:// pada menu address bar pada browser anda, penasaran ? baiklah akan saya jelaskan triknya.

1. chrome://dns

Perintah ini digunakan untuk menampilkan daftar nama host yang tercatat oleh web browser.

2. chrome://flags

Fitur ini merupakan fitur eksperimental yang tersembunyi di browser Google Chrome. Yang harus diperhatikan bahwa fitur ini adalah eksperimental, jadi ada kemungkinan tidak bekerja seperti yang diharapkan atau mungkin dapat menyebabkan masalah.

3. chrome://memory

Fitur untuk melihat pengunaan memory komputer oleh chrome.

chrome memory.